SIKAP MENGAJAR
DAN NILAI KERJA DI PRAKTEK MENGAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN KEGURUAN
Penulis dan Rekan:
Dr. Ma. Teresa C.
Torres
College of Education,
University of Eastern Philippines
Catarman, Northern
Samar, Philippines
Mobile Number: (+63)
939 210 7282
Dr. Ronato S. Ballado
College of Education,
University of Eastern Philippines
Catarman, Northern
Samar, Philippines
Email: rballado@ymail.com
Mobile: (+63) 930 253
3090
Corresponding Author:
Dr. Ronato S. Ballado
College of Education,
University of Eastern Philippines
Catarman, Northern
Samar, Philippines
Email: rballado@ymail.com
Mobile: (+63) 930 253
3090
Sponsoring
Information:
Research funded
through the University of Eastern Philippines Research Council
ABSTRAK
Penelitian
menentukan hubungan antara sikap mengajar dan nilai kerja pada dua ratus lima
puluh dua mahasiswa senior pada jurusan pendidikan, University of Eastern
Philippines, Catarman, Northern Samar, Philippines. Dua puluh pertanyaan
tentang sikap terhadap mengajar dan dua puluh pertanyaan tentang nilai kerja
digunakan sebagai instrumen penelitian. Data menggunakan hitungan frekuensi,
persentase, mean, ranking koefisien korelasi dan analisis varian
Pearson. Sejumlah besar siswa memiliki sikap yang menyenangkan terhadap mengajar.
Mayoritas memiliki nilai tinggi pada nilai kerja. Pencapaian dianggap yang
paling utama oleh responden sedangkan kenyamanan paling rendah. Tidak ada
hubungan yang signifikan antara mengajar dan nilai kerja pada responden. Dan,
tidak ada perbedaan signifikan terhadap mengajar dan nilai kerja selama kuliah.
Kata kunci:
sikap terhadap mengajar, nilai kerja, pre-service, mahasiswa keguruan
PENDAHULUAN
Mengajar dianggap menjadi profesi
yang menjanjikan. Terlepas dari persiapan kelas yang membosankan dan tugas individu dengan banyak jenis siswa, guru juga
diharapkan terlibat dalam kegiatan komunitas yang berbeda dan tugas luar
sekolah lainnya. Dengan adanya ini, guru menjadi lelah dan tertekan. Meador
(2013) menjelaskan mengajar sebagai profesi yang sulit. Akan tetapi, Guneyli
& Aslan (2009) menyatakan bahwa calon guru diharapkan senang walaupun dalam
kondisi yang sulit. Untuk guru lainnya, tugas tambahan bisa menjadi sumber
kesenangan dan kepuasan diri. Ketika guru lainnya mengeluh, mengadu dan
menghindari pekerjaan tersebut, yang lainnya menganggap mengajar sebagai
profesi yang mulia dan berkomitmen seumur hidup menjadi guru. Bagi mereka cinta
dan minat mereka untuk mengajar adalah jati diri. Bagaimana seorang guru
menghadapi tugas berat menjadi guru tergantung pada sikap dan nilai kerja. Oleh
karenanya, variasi sikap dan nilai kerja mungkin diperlukan.
Sikap adalah pernyataan internal
yang mempengaruhi aktifitas personal individu terhadap sekelompok barang, orang
lain, kejadian, dan situasi yang beragam (Senemoglu, 2009) sedangkan nilai
kerja dilihat sebagai organisasi hierarki atas kebutuhan, keinginan dan tujuan
yang relatif stabil sebagaimana diaplikasikan dalam dunia kerja (Super, 1995).
Sikap diperlukan untuk meningkatkan kualitas profesi mengajar (Koksal, 2014),
faktor penting yang menentukan kesuksesan guru (Abu Sharbain & Tan, 2012)
dan efisiensi (Guneyli & Aslan, 2009; Abu Sharbain 7 Tan, 2012) dan
variabel penting di aplikasi kelas pada ide baru dan pendekatan baru pada
pengajaran (Rienke & Moseley, 2002). Jika calon guru mengembangkan sikap
positif terhdap profesi mereka, mereka akan mengembangkan pemikiran kreatif
mereka, memotivasi siswa mereka dengan mudah, dan mengadaptasi pesan verbal dan
non-verbal kepada siswa mereka (Celikoz dan Cetin, 2004).
Perilaku terhadap mengajar ditemukan
berhubungan dengan gender (jenis kelamin) (Akkaya, 2009), tingkat kelas
(Kilic dan Dundar, 2002), kompetensi guru (Marchant, 1992; Abu Sharbain &
Tan, 2012; Koksal, 2014) dan kontrol ideologi mengontrol siswa pada calon guru
(Oguz & Kalkan, 2011).
Jolideh dan Yeshodara (2009)
menyatakan bahwa nilai kerja adalah keyakinan yang digeneralisasikan tentang
ketertarikan yang ditautkan pada kerja dan hasil kerja yang berhubungan.
Seperti nilai-nilai yang umum, nilai kerja bertindak sebagai kriteria yang
digunakan individu untuk memilih pekerjaan dan tujuan. Nilai kerja dipengaruhi
usia dan generasi (Johnson, 2002; Lorence & Mortimer, 2985) dan juga
dihubungkan dengan komitmen organisasi (Elizur dan Koslowsky, 2001), pilihan
kejuruan (Super, 1970), etika pengambilan keputusan (Shafer et al, 2001) dan
manajemen lintas budaya (Mellahi, 2001).
Penelitian terhadap nilai kerja
mengindikasikan bahwa generasi Y atau mereka yang lahir tahun 1980 ke atas
(Lyons, 2004) lebih individualistik dan intrinsik nilai kerja seperti kerja
otonomi, identitas kerja, pekerjaan menantang dan aktualisasi diri (Johnson,
2002; Jurkiweicz & Brown, 1998; Yankelovich, 1994; Zuboff & Maxmin,
2002). Mereka juga menilai altruisme (sikap mengutamakan orang lain) dan jam
kerja fleksibel (Freeman & Rogers, 1999). Sebagai tambahan, generasi yang
lebih muda cenderung meleburkan pekerjaan mereka dan bermain dan mencari
kepuasan diri dalam proses kerja itu sendiri (Florida, 2004; Pink, 2001).
Nilai awal dan semangat guru
sangatlah penting untuk mendapatkan perhatian siswa dan rekan kerja
(Salandanan, 2012). Sebagai calon guru, mahasiswa keguruan sebaiknya memiliki
orientasi semestinya pada pekerjaan yang akan mereka geluti. Mereka harus tahu
dunia yang akan mereka masuki selama masa kerja mereka. Karena bagaimana bisa
sukses dalam karier mereka tergantung pada bagaimana sikap mereka terhadap
mengajar dan acuan nilai kerja mereka. Sikap mengajar dan nilai kerja sangat
membentuk seorang guru yang akan dihasilkan oleh institusi keguruan seperti
University of Eastern Philipines- College of Education. Dari hal ini Maliki
(2013) melihat kebutuhan adanya institusi keguruan yang melatih dan menyiapkan
calon guru tidak hanya dengan kemampuan mengajar, tetapi juga dengan sikap
profesional yang positif lainnya. Penelitian ini berhubungan dengan Ewing and
Brentano’s Fitting Attitude Theoris of Values (Rasmussen, 2011) yang menjelaskan
bahwa menjadi bernilai berarti menjadi obyek yang sesuai dengan sikap mulia.
Dari hal ini, untuk menjaga harga diri profesi mengajar, gurunya harus memiliki
nilai dan sikap yang benar.
Penelitian ini menentukan sikap
terhadap mengajar dan nilai kerja pada mahasiswa senior keguruan. Penelitian
juga menentukan nilai kerja yang paling tinggi dan rendah pada responden. Sikap
terhadap mengajar dari responden dipastikan apakah mereka berhubungan dengan
tingkat nilai kerja mereka. Perbedaan pada sikap terhadap mengajar dan nilai
kerja ditemukan dalam proses pendidikan.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan
penelitian korelasi deskriptif. Kuisioner 20 nomor tentang sikap terhadap
mengajar digunakan. Dua puluh item pertanyaan tentang sikap mengajar digunakan.
Ini 5 butir skala tipe Likert dimana indikator diurutkan mulai Sangat Setuju,
Setuju, Kurang Setuju, TidakSetuju dan Sangat Tidak Setuju. Sikap terhadap
profesi dikategorikan menjadi Sangat Menarik, Menarik, Agak Menarik, Kurang Menarik dan Paling
Kurang Menarik. Dua puluh butir soal pada nilai kerja digunakan. Responden
menjawab setiap butir dengan Sangat
Setuju, Setuju, Kurang Setuju, TidakSetuju dan Sangat Tidak Setuju. Mean
tertinggi menunjukkan nilai kerja yang paling dominan sedangkan mean yang
paling rendah menunjukkan nilai kerja yang paling kurang dominan. Respondennya
adalah dua ratus lima puluh dua (252) mahasiswa keguruan yang praktek lapangan
adalah juruan Sarjana Pendidikan Menengah dan Sarjana Pedidikan Dasar, Sarjana
Pendidikan Dasar-Bagian Ekonomi dan Sarjana Sains Bagian Program Ekonomi
University of Eastern Philipines-Jurusan Pendidikan. Frekuensi, persentase, means,
ranking, Pearson-r dan analisis variasi digunakan sebagai alat statistik.
KESIMPULAN
Calon guru memiliki sikap yang
memuaskan dan pola pandang positif pada profesi mengajar yang akan menjadi
dasar baik ketika mereka akan mengajar. Guru yang praktek lapangan menganggap
mengajar sebagai profesi penting yang membuat mereka menghargai karier mereka
dan bersungguh-sungguh menjalankannya. Mahasiswa prkatek lapangan meyakini
pentingnya menjadi produktif dalam bekerja dan menyelesaikan tugas dengan baik.
Responden tidak mengharapkan kenyamanan dalam bekerja. Hal ini diketahui bahwa
mengajar sangat dibutuhkan. Sikap terhadap mengajar dan nilai kerja berdiri
sendiri-sendiri. Apa pun perkuliahan yang diambil mahasiswa keguruan ambil,
sikap mereka terhadap mengajar dan nilai kerja hasilnya sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar