Jumat, 30 Januari 2015

Terjemahan Junal Internasional Penelitian Pendidikan



SIKAP MENGAJAR DAN NILAI KERJA DI PRAKTEK MENGAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN KEGURUAN

Penulis dan Rekan:
Dr. Ma. Teresa C. Torres
College of Education, University of Eastern Philippines
Catarman, Northern Samar, Philippines
Mobile Number: (+63) 939 210 7282
Dr. Ronato S. Ballado
College of Education, University of Eastern Philippines
Catarman, Northern Samar, Philippines
Email: rballado@ymail.com
Mobile: (+63) 930 253 3090
Corresponding Author:
Dr. Ronato S. Ballado
College of Education, University of Eastern Philippines
Catarman, Northern Samar, Philippines
Email: rballado@ymail.com
Mobile: (+63) 930 253 3090
Sponsoring Information:
Research funded through the University of Eastern Philippines Research Council

ABSTRAK
Penelitian menentukan hubungan antara sikap mengajar dan nilai kerja pada dua ratus lima puluh dua mahasiswa senior pada jurusan pendidikan, University of Eastern Philippines, Catarman, Northern Samar, Philippines. Dua puluh pertanyaan tentang sikap terhadap mengajar dan dua puluh pertanyaan tentang nilai kerja digunakan sebagai instrumen penelitian. Data menggunakan hitungan frekuensi, persentase, mean, ranking koefisien korelasi dan analisis varian Pearson. Sejumlah besar siswa memiliki sikap yang menyenangkan terhadap mengajar. Mayoritas memiliki nilai tinggi pada nilai kerja. Pencapaian dianggap yang paling utama oleh responden sedangkan kenyamanan paling rendah. Tidak ada hubungan yang signifikan antara mengajar dan nilai kerja pada responden. Dan, tidak ada perbedaan signifikan terhadap mengajar dan nilai kerja selama kuliah.

Kata kunci: sikap terhadap mengajar, nilai kerja, pre-service, mahasiswa keguruan
PENDAHULUAN
            Mengajar dianggap menjadi profesi yang menjanjikan. Terlepas dari persiapan kelas yang membosankan dan tugas  individu dengan banyak jenis siswa, guru juga diharapkan terlibat dalam kegiatan komunitas yang berbeda dan tugas luar sekolah lainnya. Dengan adanya ini, guru menjadi lelah dan tertekan. Meador (2013) menjelaskan mengajar sebagai profesi yang sulit. Akan tetapi, Guneyli & Aslan (2009) menyatakan bahwa calon guru diharapkan senang walaupun dalam kondisi yang sulit. Untuk guru lainnya, tugas tambahan bisa menjadi sumber kesenangan dan kepuasan diri. Ketika guru lainnya mengeluh, mengadu dan menghindari pekerjaan tersebut, yang lainnya menganggap mengajar sebagai profesi yang mulia dan berkomitmen seumur hidup menjadi guru. Bagi mereka cinta dan minat mereka untuk mengajar adalah jati diri. Bagaimana seorang guru menghadapi tugas berat menjadi guru tergantung pada sikap dan nilai kerja. Oleh karenanya, variasi sikap dan nilai kerja mungkin diperlukan.
            Sikap adalah pernyataan internal yang mempengaruhi aktifitas personal individu terhadap sekelompok barang, orang lain, kejadian, dan situasi yang beragam (Senemoglu, 2009) sedangkan nilai kerja dilihat sebagai organisasi hierarki atas kebutuhan, keinginan dan tujuan yang relatif stabil sebagaimana diaplikasikan dalam dunia kerja (Super, 1995). Sikap diperlukan untuk meningkatkan kualitas profesi mengajar (Koksal, 2014), faktor penting yang menentukan kesuksesan guru (Abu Sharbain & Tan, 2012) dan efisiensi (Guneyli & Aslan, 2009; Abu Sharbain 7 Tan, 2012) dan variabel penting di aplikasi kelas pada ide baru dan pendekatan baru pada pengajaran (Rienke & Moseley, 2002). Jika calon guru mengembangkan sikap positif terhdap profesi mereka, mereka akan mengembangkan pemikiran kreatif mereka, memotivasi siswa mereka dengan mudah, dan mengadaptasi pesan verbal dan non-verbal kepada siswa mereka (Celikoz dan Cetin, 2004).
            Perilaku terhadap mengajar ditemukan berhubungan dengan gender (jenis kelamin) (Akkaya, 2009), tingkat kelas (Kilic dan Dundar, 2002), kompetensi guru (Marchant, 1992; Abu Sharbain & Tan, 2012; Koksal, 2014) dan kontrol ideologi mengontrol siswa pada calon guru (Oguz & Kalkan, 2011).
            Jolideh dan Yeshodara (2009) menyatakan bahwa nilai kerja adalah keyakinan yang digeneralisasikan tentang ketertarikan yang ditautkan pada kerja dan hasil kerja yang berhubungan. Seperti nilai-nilai yang umum, nilai kerja bertindak sebagai kriteria yang digunakan individu untuk memilih pekerjaan dan tujuan. Nilai kerja dipengaruhi usia dan generasi (Johnson, 2002; Lorence & Mortimer, 2985) dan juga dihubungkan dengan komitmen organisasi (Elizur dan Koslowsky, 2001), pilihan kejuruan (Super, 1970), etika pengambilan keputusan (Shafer et al, 2001) dan manajemen lintas budaya (Mellahi, 2001).
            Penelitian terhadap nilai kerja mengindikasikan bahwa generasi Y atau mereka yang lahir tahun 1980 ke atas (Lyons, 2004) lebih individualistik dan intrinsik nilai kerja seperti kerja otonomi, identitas kerja, pekerjaan menantang dan aktualisasi diri (Johnson, 2002; Jurkiweicz & Brown, 1998; Yankelovich, 1994; Zuboff & Maxmin, 2002). Mereka juga menilai altruisme (sikap mengutamakan orang lain) dan jam kerja fleksibel (Freeman & Rogers, 1999). Sebagai tambahan, generasi yang lebih muda cenderung meleburkan pekerjaan mereka dan bermain dan mencari kepuasan diri dalam proses kerja itu sendiri (Florida, 2004; Pink, 2001).
            Nilai awal dan semangat guru sangatlah penting untuk mendapatkan perhatian siswa dan rekan kerja (Salandanan, 2012). Sebagai calon guru, mahasiswa keguruan sebaiknya memiliki orientasi semestinya pada pekerjaan yang akan mereka geluti. Mereka harus tahu dunia yang akan mereka masuki selama masa kerja mereka. Karena bagaimana bisa sukses dalam karier mereka tergantung pada bagaimana sikap mereka terhadap mengajar dan acuan nilai kerja mereka. Sikap mengajar dan nilai kerja sangat membentuk seorang guru yang akan dihasilkan oleh institusi keguruan seperti University of Eastern Philipines- College of Education. Dari hal ini Maliki (2013) melihat kebutuhan adanya institusi keguruan yang melatih dan menyiapkan calon guru tidak hanya dengan kemampuan mengajar, tetapi juga dengan sikap profesional yang positif lainnya. Penelitian ini berhubungan dengan Ewing and Brentano’s Fitting Attitude Theoris of Values (Rasmussen, 2011) yang menjelaskan bahwa menjadi bernilai berarti menjadi obyek yang sesuai dengan sikap mulia. Dari hal ini, untuk menjaga harga diri profesi mengajar, gurunya harus memiliki nilai dan sikap yang benar.
            Penelitian ini menentukan sikap terhadap mengajar dan nilai kerja pada mahasiswa senior keguruan. Penelitian juga menentukan nilai kerja yang paling tinggi dan rendah pada responden. Sikap terhadap mengajar dari responden dipastikan apakah mereka berhubungan dengan tingkat nilai kerja mereka. Perbedaan pada sikap terhadap mengajar dan nilai kerja ditemukan dalam proses pendidikan.
METODOLOGI
            Penelitian ini menggunakan penelitian korelasi deskriptif. Kuisioner 20 nomor tentang sikap terhadap mengajar digunakan. Dua puluh item pertanyaan tentang sikap mengajar digunakan. Ini 5 butir skala tipe Likert dimana indikator diurutkan mulai Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju, TidakSetuju dan Sangat Tidak Setuju. Sikap terhadap profesi dikategorikan menjadi Sangat Menarik, Menarik,  Agak Menarik, Kurang Menarik dan Paling Kurang Menarik. Dua puluh butir soal pada nilai kerja digunakan. Responden menjawab setiap butir dengan  Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju, TidakSetuju dan Sangat Tidak Setuju. Mean tertinggi menunjukkan nilai kerja yang paling dominan sedangkan mean yang paling rendah menunjukkan nilai kerja yang paling kurang dominan. Respondennya adalah dua ratus lima puluh dua (252) mahasiswa keguruan yang praktek lapangan adalah juruan Sarjana Pendidikan Menengah dan Sarjana Pedidikan Dasar, Sarjana Pendidikan Dasar-Bagian Ekonomi dan Sarjana Sains Bagian Program Ekonomi University of Eastern Philipines-Jurusan Pendidikan. Frekuensi, persentase, means, ranking, Pearson-r dan analisis variasi digunakan sebagai alat statistik.
KESIMPULAN
            Calon guru memiliki sikap yang memuaskan dan pola pandang positif pada profesi mengajar yang akan menjadi dasar baik ketika mereka akan mengajar. Guru yang praktek lapangan menganggap mengajar sebagai profesi penting yang membuat mereka menghargai karier mereka dan bersungguh-sungguh menjalankannya. Mahasiswa prkatek lapangan meyakini pentingnya menjadi produktif dalam bekerja dan menyelesaikan tugas dengan baik. Responden tidak mengharapkan kenyamanan dalam bekerja. Hal ini diketahui bahwa mengajar sangat dibutuhkan. Sikap terhadap mengajar dan nilai kerja berdiri sendiri-sendiri. Apa pun perkuliahan yang diambil mahasiswa keguruan ambil, sikap mereka terhadap mengajar dan nilai kerja hasilnya sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar