Jumat, 30 Januari 2015

Terjemahan Junal Internasional Penelitian Pendidikan



SIKAP MENGAJAR DAN NILAI KERJA DI PRAKTEK MENGAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN KEGURUAN

Penulis dan Rekan:
Dr. Ma. Teresa C. Torres
College of Education, University of Eastern Philippines
Catarman, Northern Samar, Philippines
Mobile Number: (+63) 939 210 7282
Dr. Ronato S. Ballado
College of Education, University of Eastern Philippines
Catarman, Northern Samar, Philippines
Email: rballado@ymail.com
Mobile: (+63) 930 253 3090
Corresponding Author:
Dr. Ronato S. Ballado
College of Education, University of Eastern Philippines
Catarman, Northern Samar, Philippines
Email: rballado@ymail.com
Mobile: (+63) 930 253 3090
Sponsoring Information:
Research funded through the University of Eastern Philippines Research Council

ABSTRAK
Penelitian menentukan hubungan antara sikap mengajar dan nilai kerja pada dua ratus lima puluh dua mahasiswa senior pada jurusan pendidikan, University of Eastern Philippines, Catarman, Northern Samar, Philippines. Dua puluh pertanyaan tentang sikap terhadap mengajar dan dua puluh pertanyaan tentang nilai kerja digunakan sebagai instrumen penelitian. Data menggunakan hitungan frekuensi, persentase, mean, ranking koefisien korelasi dan analisis varian Pearson. Sejumlah besar siswa memiliki sikap yang menyenangkan terhadap mengajar. Mayoritas memiliki nilai tinggi pada nilai kerja. Pencapaian dianggap yang paling utama oleh responden sedangkan kenyamanan paling rendah. Tidak ada hubungan yang signifikan antara mengajar dan nilai kerja pada responden. Dan, tidak ada perbedaan signifikan terhadap mengajar dan nilai kerja selama kuliah.

Kata kunci: sikap terhadap mengajar, nilai kerja, pre-service, mahasiswa keguruan
PENDAHULUAN
            Mengajar dianggap menjadi profesi yang menjanjikan. Terlepas dari persiapan kelas yang membosankan dan tugas  individu dengan banyak jenis siswa, guru juga diharapkan terlibat dalam kegiatan komunitas yang berbeda dan tugas luar sekolah lainnya. Dengan adanya ini, guru menjadi lelah dan tertekan. Meador (2013) menjelaskan mengajar sebagai profesi yang sulit. Akan tetapi, Guneyli & Aslan (2009) menyatakan bahwa calon guru diharapkan senang walaupun dalam kondisi yang sulit. Untuk guru lainnya, tugas tambahan bisa menjadi sumber kesenangan dan kepuasan diri. Ketika guru lainnya mengeluh, mengadu dan menghindari pekerjaan tersebut, yang lainnya menganggap mengajar sebagai profesi yang mulia dan berkomitmen seumur hidup menjadi guru. Bagi mereka cinta dan minat mereka untuk mengajar adalah jati diri. Bagaimana seorang guru menghadapi tugas berat menjadi guru tergantung pada sikap dan nilai kerja. Oleh karenanya, variasi sikap dan nilai kerja mungkin diperlukan.
            Sikap adalah pernyataan internal yang mempengaruhi aktifitas personal individu terhadap sekelompok barang, orang lain, kejadian, dan situasi yang beragam (Senemoglu, 2009) sedangkan nilai kerja dilihat sebagai organisasi hierarki atas kebutuhan, keinginan dan tujuan yang relatif stabil sebagaimana diaplikasikan dalam dunia kerja (Super, 1995). Sikap diperlukan untuk meningkatkan kualitas profesi mengajar (Koksal, 2014), faktor penting yang menentukan kesuksesan guru (Abu Sharbain & Tan, 2012) dan efisiensi (Guneyli & Aslan, 2009; Abu Sharbain 7 Tan, 2012) dan variabel penting di aplikasi kelas pada ide baru dan pendekatan baru pada pengajaran (Rienke & Moseley, 2002). Jika calon guru mengembangkan sikap positif terhdap profesi mereka, mereka akan mengembangkan pemikiran kreatif mereka, memotivasi siswa mereka dengan mudah, dan mengadaptasi pesan verbal dan non-verbal kepada siswa mereka (Celikoz dan Cetin, 2004).
            Perilaku terhadap mengajar ditemukan berhubungan dengan gender (jenis kelamin) (Akkaya, 2009), tingkat kelas (Kilic dan Dundar, 2002), kompetensi guru (Marchant, 1992; Abu Sharbain & Tan, 2012; Koksal, 2014) dan kontrol ideologi mengontrol siswa pada calon guru (Oguz & Kalkan, 2011).
            Jolideh dan Yeshodara (2009) menyatakan bahwa nilai kerja adalah keyakinan yang digeneralisasikan tentang ketertarikan yang ditautkan pada kerja dan hasil kerja yang berhubungan. Seperti nilai-nilai yang umum, nilai kerja bertindak sebagai kriteria yang digunakan individu untuk memilih pekerjaan dan tujuan. Nilai kerja dipengaruhi usia dan generasi (Johnson, 2002; Lorence & Mortimer, 2985) dan juga dihubungkan dengan komitmen organisasi (Elizur dan Koslowsky, 2001), pilihan kejuruan (Super, 1970), etika pengambilan keputusan (Shafer et al, 2001) dan manajemen lintas budaya (Mellahi, 2001).
            Penelitian terhadap nilai kerja mengindikasikan bahwa generasi Y atau mereka yang lahir tahun 1980 ke atas (Lyons, 2004) lebih individualistik dan intrinsik nilai kerja seperti kerja otonomi, identitas kerja, pekerjaan menantang dan aktualisasi diri (Johnson, 2002; Jurkiweicz & Brown, 1998; Yankelovich, 1994; Zuboff & Maxmin, 2002). Mereka juga menilai altruisme (sikap mengutamakan orang lain) dan jam kerja fleksibel (Freeman & Rogers, 1999). Sebagai tambahan, generasi yang lebih muda cenderung meleburkan pekerjaan mereka dan bermain dan mencari kepuasan diri dalam proses kerja itu sendiri (Florida, 2004; Pink, 2001).
            Nilai awal dan semangat guru sangatlah penting untuk mendapatkan perhatian siswa dan rekan kerja (Salandanan, 2012). Sebagai calon guru, mahasiswa keguruan sebaiknya memiliki orientasi semestinya pada pekerjaan yang akan mereka geluti. Mereka harus tahu dunia yang akan mereka masuki selama masa kerja mereka. Karena bagaimana bisa sukses dalam karier mereka tergantung pada bagaimana sikap mereka terhadap mengajar dan acuan nilai kerja mereka. Sikap mengajar dan nilai kerja sangat membentuk seorang guru yang akan dihasilkan oleh institusi keguruan seperti University of Eastern Philipines- College of Education. Dari hal ini Maliki (2013) melihat kebutuhan adanya institusi keguruan yang melatih dan menyiapkan calon guru tidak hanya dengan kemampuan mengajar, tetapi juga dengan sikap profesional yang positif lainnya. Penelitian ini berhubungan dengan Ewing and Brentano’s Fitting Attitude Theoris of Values (Rasmussen, 2011) yang menjelaskan bahwa menjadi bernilai berarti menjadi obyek yang sesuai dengan sikap mulia. Dari hal ini, untuk menjaga harga diri profesi mengajar, gurunya harus memiliki nilai dan sikap yang benar.
            Penelitian ini menentukan sikap terhadap mengajar dan nilai kerja pada mahasiswa senior keguruan. Penelitian juga menentukan nilai kerja yang paling tinggi dan rendah pada responden. Sikap terhadap mengajar dari responden dipastikan apakah mereka berhubungan dengan tingkat nilai kerja mereka. Perbedaan pada sikap terhadap mengajar dan nilai kerja ditemukan dalam proses pendidikan.
METODOLOGI
            Penelitian ini menggunakan penelitian korelasi deskriptif. Kuisioner 20 nomor tentang sikap terhadap mengajar digunakan. Dua puluh item pertanyaan tentang sikap mengajar digunakan. Ini 5 butir skala tipe Likert dimana indikator diurutkan mulai Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju, TidakSetuju dan Sangat Tidak Setuju. Sikap terhadap profesi dikategorikan menjadi Sangat Menarik, Menarik,  Agak Menarik, Kurang Menarik dan Paling Kurang Menarik. Dua puluh butir soal pada nilai kerja digunakan. Responden menjawab setiap butir dengan  Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju, TidakSetuju dan Sangat Tidak Setuju. Mean tertinggi menunjukkan nilai kerja yang paling dominan sedangkan mean yang paling rendah menunjukkan nilai kerja yang paling kurang dominan. Respondennya adalah dua ratus lima puluh dua (252) mahasiswa keguruan yang praktek lapangan adalah juruan Sarjana Pendidikan Menengah dan Sarjana Pedidikan Dasar, Sarjana Pendidikan Dasar-Bagian Ekonomi dan Sarjana Sains Bagian Program Ekonomi University of Eastern Philipines-Jurusan Pendidikan. Frekuensi, persentase, means, ranking, Pearson-r dan analisis variasi digunakan sebagai alat statistik.
KESIMPULAN
            Calon guru memiliki sikap yang memuaskan dan pola pandang positif pada profesi mengajar yang akan menjadi dasar baik ketika mereka akan mengajar. Guru yang praktek lapangan menganggap mengajar sebagai profesi penting yang membuat mereka menghargai karier mereka dan bersungguh-sungguh menjalankannya. Mahasiswa prkatek lapangan meyakini pentingnya menjadi produktif dalam bekerja dan menyelesaikan tugas dengan baik. Responden tidak mengharapkan kenyamanan dalam bekerja. Hal ini diketahui bahwa mengajar sangat dibutuhkan. Sikap terhadap mengajar dan nilai kerja berdiri sendiri-sendiri. Apa pun perkuliahan yang diambil mahasiswa keguruan ambil, sikap mereka terhadap mengajar dan nilai kerja hasilnya sama.

Kamis, 29 Januari 2015

Nih makalah tentang Etika Profesi



PENERAPAN ETIKA PROFESI DALAM MENYELESAIKAN MASALAH YANG DIHADAPI SISWA


Sebagai guru mata pelajaran, tidak hanya memiliki kewajiban mengajar materi dan mengevaluasinya. Siswa yang memiliki latar belakang keluarga yang beragam dapat menimbulkan permasalahan pribadi yang harus dihadapkan pada guru bersangkutan. Ekses dari masalah pribadi tersebut akan terbawa dalam respon siswa dalam pembelajaran di kelas. Respon yang tidak produktif akan mengganggu proses pembelajaran. Hal ini menuntut guru menjalankan etika profesinya sebagai pihak yang dapat membantu siswa menyelesaikan masalahnya sehingga siswa bisa mengikuti pelajaran dengan baik.
Dalam melayani siswa guru harus menghargai hak yang sama dimiliki oleh siswa. Dengan begitu jika guru bisa mengetahui masing-masing pribadi siswa, guru dapat memastikan bahwa masing-masing siswa yang diajarnya dapat menerima pelajaran yang dia berikan. Persamaan hak dalam belajar ini harus ditunjukkan oleh guru dengan memperhatikan bagaimana siswa merespon dalam pembelajaran di kelas. Mereka adalah siswa yang sama-sama ingin belajar, tetapi jika menemukan siswa memberikan respo tidak produktif guru harus segera mengatasinya, karena hal itu akan membuat siswa yang bersangkutan tidak dapat menerima pelajaran, dan teman lainnya yang merasa terganggu juga tidak dapat menerima pelajaran dengan baik. Seringkali, guru hanya bertindak instan hanya dengan menghukum atau memarahi siswa yang ‘ramai’ misalnya, tetapi tidak ditelusuri penyebab ramainya siswa. Pemahaman guru atas persamaan hak siswa dapat dijadikan pedoman dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada mereka.
Kompetensi profesional guru dapat terlihat ketika dia menangani masalah yang timbul dalam kelas. Dalam menyelesaikan masalah, guru yang memiliki kompetensi profesional akan menyelesaikan masalah tersebut tidak sekedar dengan emosi, tetapi dia memperhatikan kaidah penyelesaian masalah yang ada. Kompetensi yang dipupuk mulai ketika guru tersebut menjadi mahasiswa dan diperbanyak dengan pengalaman di lapangan seharusnya bisa menjadi modal dasar guru dalam menerapkan kebijakan di dalam kelasnya. Karena sejak seseorang memposisikan dirinya sebagai guru, dia berarti secara sadar dan dengan pengetahuan edagogiknya menerima tanggung jawab sebagai pendidik dan pengajar. Tindakan yang dia lakukan didasarkan pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga penyelesaian masalah dapat dijadikan pedoman oleh guru lainnya dengan adaptasi yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Oleh karena itu, pencatatan ilmiah dalam menyelesaikan masalah dalam kelas dibutuhkan sehingga akan memberikan wacana ilmiah bagi guru lainnya.
Kejujuran dan integritas guru dalam profesinya akan diuji selama dia mengajar. Hal tersebut menuntut guru untuk bisa akurat dalam presentasinya sesuai dengan kualifikasi profesional seorang guru. Guru harus memiliki tanggung jawab menjalankan janji profesinya. Dengan menjalankan profesi sesuia dengan kualifikasi, kompetensi dan tugasnya; bekerja penuh dengan guru lainnya untuk memenuhi kebutuhan siswa akan pendidikan dan pengajaran yang mulia akan memberikan efektifitas dalam melaksanakan tugas profesinya.
Selain mengajar guru juga memiliki kewajiban dalam mempromosikan hidup sehat di sekolah, keluarga dan lingkungan. Dengan adanya tuntutan ini, tidak selayaknya guru mencotohkan hidup tidak sehat ketika di sekolah. Bagaimana bisa sekolah menerapkan larangan bagi siswa untuk merokok jika gurunya dengan bebas merokok di sekolah. Aturan yang ada, harus juga dijalankan oleh guru. Penerapan aturan memakai helm ketika berkendaraan bermotor harus dijalankan guru untuk memberikan contoh yang baik kepada siswa dalam mentaati aturan negara. Guru yang memonitor dirinya sendiri setiap saat akan membuat dirinya disegani oleh siswa baik di dalam kelas atau di luar kelas. Dengan begitu siswa akan respect ketika guru menerapkan aturan kepada siswa.

Rabu, 28 Januari 2015

Contoh hasil terjemahan tentang media TV salah satu materi kuliah S2 Teknologi Pendidikan



PETUNJUK TEKNIK AUDIO VISUAL

RE de KIEFFER
LEE W COCHRAN

TELEVISI
Tidak diragukan lagi televisi adalah alat komunikasi yang paling menarik yang ditemukan manusia. Televisi memperpendek ruang dan waktu untuk bisa disajikan ke penontonnya, menyajikan kejadian bersejarah yang menarik dalam pembuatannya. Dengan perkembangan adanya televisi warna, kita bisa mengharapkan perkembangan yang lebih canggih di masa mendatang.
          Bagian televisi pendidikan akan berperan dan dunia pendidikan. Ratusan eksperimen dilaksanakan dalam acara dan sirkuit tertutup dalam televisi di semua tingkat pendidikan. Jawaban untuk beberapa masalah sudah ditemukan, dan ilmuan masih mencari jawaban untuk pertanyaan lainnya. Administrator sekolah mencai cara agar televisi dapat lebih berperan dalam dunia pendidikan. Secara umum, para pendidik memahami potensi televisi sebagai alat audio visual yang kuat, dan tidak diragukan lagi penelitian-penelitian memberikan petunjuk menggunakannya.
                Tanggal 14 April 1952 akan selalu diingat dalam lingkaran pendidikan lewat televisi ketika Komisi Komunikasi Federal memberikan alokasi 242 (yang kemudian 257) channel televisi untuk kepentinga pendidikan. Komisi juga memberikan institusi pendidika hanya 14 bulan untuk menyiapkan channel pendidikan, menunjukkan bahwa di akhir waktu ini channel tersebut akan digunakan tujuan komersil. Ketika tanggal 2 Juni 1953 hanya sedikit institusi pendidikan mampu mendapatkan ijin dari Komisi Komunikasi Federal, tambahan waktu diberikan. Tambahan waktu ini memungkinkan perencanaan matang untuk televisi pendidikan di negara bagian dan kabupaten berbeda.
                Stasiun televisi pertama mengudara di Houston, Texas, pada bulan April 1953. Iowa State University, Ames, Iowa mengoperasionalkan televisi beberapa tahun sebelum 1953, tetapi mengoperasikan televisi komersil sebagaimana institusi pendidikan lainnya. Tahun 1953 sampai 1960, kurang dari lima puluh dari 256 channel pendidikn televisi yang ada mengudara. Para pendidik menemukan bahwa kebutuhan televisi bukan hanya investasi awal tetapi juga membuat adanya pengeluaran tambahan tiap tahun. Secara praktis, televisi pendidikan ditawarkan dipopulasi yang padat dimana penonton yang banyak dapat dirangkul.

TIPE TELEVISI PENDIDIKAN

Televisi Sirkuit Terbuka
                Siaran televisi sirkuit terbuka berarti sinyal dikirim keluar transmitter. Tipe ini memiliki manfaat bisa menjangkau area 90 sampai 150 kilometer, tergantung permukaan areanya. Jika areanya mendatar maka sinyal bisa tersebar maksimal, namun jika bergelombang naik turun, misalnya ada gunung, maka sinyal terpencar pendek.

Televisi Sirkuit Tertutup
                Siaran televisi sirkuit tertutup membawa kabel coaxial, dan terbatas pada area geografis kecil. Tipe televisi in dibatasi panjangnya kabel coaxial. Siarannya memiliki keuntungan karena tidak perlu ijin dari Komisi Komunikasi Federal; dapat dioperasikan kapanun diperlukan sekolah, dan disiarkan di lokasi mana pun. Sebagai tambahan, beberapa channel dapat digunakan, membuat sistem sekolah mampu menampilkan sejumlah program di televisi secara berkelanjutan. Sebagai contoh, Negara Bagian Washington, Maryland, Proyek Pendidikan Sirkuit Tertutup memiliki enam channel yang beroperasi dan bisa menampilkan enam program televisi secara bersamaan. Sedangkan televisi sirkuit terbuka di kebanyakan daerah lainnya hanya ada satu channel tersedia, sirkuit tertutup dapat menambah banyak channel sesuai yang dibutuhkan dengan menambahkan sebuah kabel coaxial di setiap sirkuit. Di daerah dengan populasi padat, televisi sirkuit tertutup mungkin lebih berhasil, karena fleksibilitasnya, dibandingkan televisi sirkuit terbuka. Contoh lain televisi sirkuit tertutup yang fleksibel ada di San Jose State College, California, dimana kabel coaxial ke empat sekolah negeri telah terpasang. Hal ini membuat program televisi bisa menampilkan di empat sekolah dan ditampilkan langsung dalam kelas mereka untuk tujuan pengamatan dan pelatihan guru.
                Ada dua tipe televisi sirkuit terbuka, mereka adalah; Very High Frequency atau dikenal VHF, dan Ultra High Frequency atau UHF. Yang sering digunakan adalah VHF yang membatasi hanya 12 channel televisi, sedangkan UHF bisa 70 channel. Karena siaran televisi dimulai channel VHF, kebanyakan receiver televisi dibuat menerima tipe program ini. Kemudian, receiver semua channel dibuat tetapi karena biayanya lebih tinggi dan permasalahan lainnya, alat ini tidak sukses dipasarkan. (Dari 257 channel televisi yang disediakan untuk kepentingan pendidikan hanya 86 channel yang VHF sedangkan 171 channel UHF). Hal ini menimbulkan masalah, hanya jika televisi pendidikan digunakan untuk pendidikan orang dewasa dan belajar di rumah, hanya sedikir receiver yang bisa menerima program UHF.

1. Pelajari program televisi di negara Anda dan urutkan semua program yang menurut Anda memilii nilai pendidikan untuk bisa ditonton di sekolah.
a.
b.
c.
d.
e.

(gambar)
JALUR KE RUANG KELAS ATAU AUDITORIUM RECEIVER TV ATAU RECEIVER.

2. Buat outline sederhana bagaimana pendapat Anda televisi sirkuit tertutup bisa membantu Anda dalam proses pembelajaran di kelas.




Type Program Pendidikan
Tiga tipe program pendidikan umum digunakan di televisi. Mereka adalah tipe demonstrasi, penambahan atau pengayaan, dan tipe mengajar langsung.

Program Tipe Demonstrasi
Program ini seringkali dilihat dalam channel komersil dan pendidikan. Program ini menampilkan kegiatan dalam ruang kelas, atau mungkin beberapa aktifitas yang menarik dalam program pendidikan sekolah. Program ini seringkali disajikan sebagai alat hubungan masyarakat untuk menunjukkan kepada masyarakat apa yang terjadi di sekolah.

Program Tambahan atau Pengayaan
Program tambahan atau pengayaan digunakan di banyak sekolah dalam mata pelajaran seni, musik, IPS, IPA, BK dan sejarah. Kursus program pengayaan memberikan materi berhubungan dengan kursus individu di pelajaran dasar sekolah. Program in digunakan guru untuk memberikan penyajian baru yang menarik yang tidak bisa didapatkan di kelas biasa. Program pengayaan kebanyakan, sebagaimana program mengajar langsung, disajikan oleh guru berpengalaman di bidangnya. Banyak stasiun TV komersil memberikan materi pengayaan yang baik yang merupakan nilai lebih dalam kelas. Akan tetapi, program ini biasanya lebih sulit untuk mengkoordinasikan ke pelaksanaan pembelajaran daripada yang direncakan oleh pendidik yang memiliki tujuan pembelajaran yang spesifik.

Program Mengajar Langsung
Program mengajar langsung ditampilkan di semua level pendidikan dari SD sampai SMA, dan program ini juga dilaksanakan di perkuliahan universitas.

(Gambar. SISWA SD MENIIKMATI ACARA TELEVISI PENDIDIKAN)
(Gambar. KAMERA TV DIPERBESAR SEHINGGA SEMUA SISWA BISA MELIHAT)

Banyak proyek penelitian dilaksanakan untuk mengukur nilai relatif pembelajaran lewat TV dibandingkan dengan pembelajaran dalam kelas yang konvensional. Hasilnya nilai siswa yang mengikuti pembelajaran lewat TV tidak jauh berbeda dengan nilai siswa dalam kelas konvensional, bahkan ada yang lebih baik. Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk menjelaskan lebih detail.

3. Urutkan empat alasan kenapa Anda berpikir bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran lewat TV penerimaan materinya sama dengan siswa di kelas.
a.
b.
c.
d.

Pengaturan Fisik Menggunakan Media Televisi
                Hampir semua kelas tidak dibuat untuk menggunakan televisi. Sekolah-sekolah bary dibangun dengan sistem bisa menerima sinyal televisi, tetapi untuk kelas yang lama diupayakan bisa. Berikut ini aturan yang direkomendasikan menggunakan media televisi di kelas:

Tinggi dari lantai                4,5 kaki sampai 6 kaki
Ukuran tabung                  21 atau 24 inch
Jarak menonton              5 kali lebar gambar untuk siswa terdekat dan 15 kali lebar gambar untuk jarak terjauh
Penempatan                     tempatkan receiver tidak terkena sinar langsung
Jumlah siswa                     21” dibuat 8-22 siswa
                                               24” dibuat 20-25 siswa
Dua atau lebih TV            jika TV lebih dari satu atur setiap kelompok bisa menonton satu TV
Kontrol cahaya                 Sebaiknya pencahayaa terang.

Kineskop dan Rekaman Video Tape
                Banyak program pendidikan, sekarang atau mendatang, tidak ditampilkan “LANGSUNG”. Program itu akan direkam dalam kineskop atau video tape recorder. Perekam kineskop adalah film bergerak progran tayang langsung, diambil dari yang ditampilkan di monitor. Beberapa Perguruan Tinggi dan Universitas, walaupun mereka tidak memiliki stasiun televisi, memiliki fasilitas studio rekaman menggunakan kineskop. Dengan cara ini meeka bisa menghasilkan banyak rekaman yang digunakan untuk kepnetingan pendidikan. Pengembangan video ini kemudian digunakan dalam televisi komersil yang bisa diulang-ulang. Peralatan video tape memiliki kegunaan yang lebih besar dibanding perekam kineskop karena rekaman film harus dibuat dengan fotografi sebelumnya, namun video tape dapat diputar ulang sama dengan rekaman pita magnet. Saat ini, perlengapan video tape lumayan mahal, tetapi diperkirakan di masa mendatang pengembangan perlengkapan ini sangat praktis untuk tujuan pendidikan.